Matahari mulai terbit. Aku siap untuk pergi kuliah. Seperti biasa, sahabatku Yana sudah menunggu didepan pintu.
"selamat pagi Karina, kamu cantik ya seperti biasanya". Sapa Yana.
"pagi juga Yana, gombal deh. Kelamaan jomblo sih, sahabat sendiri di gombalin". Jawabku.
"kamu gimana sih, kan itung itung latihan". Jawabnya
"yaudah ayo berangkat ke kampus". Kataku.
Sudah sewindu aku dan Yana bersama, dia menjadi tetanggaku ketika dia kelas 6. Dan sejak itu pula kita menjadi sahabat. Dia baik, dia selalu perhatian, selalu ada untukku ketika aku butuh, dia tak pernah mengeluh. Banyak yang bilang kita berdua pacaran, terkadang aku suka berpikir, kenapa bukan Yana saja yang menjadi kekasihku. Tapi itu konyol.
Sesampainya di kampus.
"rin, aku duluan ya. Aku pengen kebelakang dulu, gak kuat". Kata Yana.
"makanya jangan makan yang pedes mulu". Jawabku.
Yana pun meninggalkanku, aku berjalan menuju kelasku sendirian. Sesampainya didepan pintu kelas.
"GUBRAK..."
Seseorang menabrakku hingga terjatuh.
"aduh sorry ya Karin, gue gak sengaja". Seseorang meminta maaf.
Ternyata itu Bimo, kapten basket kampus.
"ah jalan ko gak liat-liat sih, emang ngapain sih lo disini? ". Jawabku.
"iya sorry sorry, gue lagi nyari orang buru-buru. Sekali lagi sorry ya". Jawabnya sambil pergi.
"dasar gila". Kataku sambil masuk kelas.
Kelas masih kosong, aku menghampiri tempat duduk dimana biasanya aku duduk. Disaat aku hendak akan duduk, ada selembar kertas dan sebatang bunga mawar merah. Aku baca selembar kertas itu.
"hai, maaf bila suka membuatmu kesal. Tapi aku adalah orang yang mengagumimu. Bahkan suka sama kamu, kita selalu bertemu. Tapi mungkin kamu hanya menganggap aku angin lalu. Kita akan segera bertemu kembali. Terutama di kantin. Your secret admirer".
Aku pun heran, siapa yang mengirimkannya untukku. Pikiranku tertuju pada Bimo, karena tadi dia membuatku kesal, malah sering. Lagi pula dia tadi dari kelas ini, kelas dalam keadaan kosong.
"ini pasti Bimo, iya pasti" ucapku.
Sebenarnya aku kurang yakin, tapi siapa lagi kalau bukan dia yang terakhir masuk kelas ini.
"hayo lagi apa?". Seseorang mengagetkanku.
Ternyata itu Yana.
"apaan sih, bikin kaget aja. Gak lucu tau gak?". Jawabku kesal.
"jangan marah dong, kan bercanda. Nanti cantik nya ilang loh, caelah bunga dari siapa tuh?". Rayunya.
"tau ah". Jawabku singkat.
"iya iya maaf , aku masuk kelas dulu ya". Katanya sambil tersenyum.
Aku tidak menjawabnya, Yana pun meninggalkan kelas. Aku dan Yana memang tidak satu kelas, walau mengambil jurusan yang sama.
Aku masih berpikir ini tentang surat ini.
2 mata kuliah pertama hari ini sudah berakhir, aku pun langsung menuju kantin. Disana aku bertemu Bimo, entahlah tapi sepertinya aku salah tingkah. Dia menghampiri ku, aku kaget tapi aku pura-pura tenang.
"maaf ya rin soal tadi pagi, kamu gak marah kan?". Kata Bimo.
"gak ko, gak tenang aja kali gakpapa". Jawabku agak gagap.
"yaudah aku kesana dulu ya". Jawabnya.
Aku pun hanya tersenyum. Entahlah, aku sepertinya senang. Apa karena aku suka sama Bimo tapi aku pun tak tahu. Aku hanya merasa senang.
"Dorr!!".
Aku dikagetkan seseorang. Ternyata itu sahabatku Yana.
"kebiasaan ah bikin kaget mulu". Kataku Kesal.
"kamu ngelamun apaan sih? Senyum senyum gitu?". Tanyanya heran.
"mau tahu aja? Apa mau tahu banget?". Jawabku.
"yaelah, kamu marah ceritanya sama aku?". Tanyanya lagi.
"udah deh Yan, kamu tahu sendiri kan, aku gak bisa marah sama kamu. Kesel sih iya". Jawabku sambil menjulurkan lidah.
"eh kamu mau kemana?". Tanyanya.
"kelas. Kamu bayarin ya makanannya?" jawabku.
Dia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
Aku berjalan menuju kelas yang lumayan jauh dari kantin. Tiba-tiba aku melihat Yana sedang berlari melewatiku.
"mau kemana lari-lari Yan?". Tanyaku sedikit teriak.
Dia hanya berteriak sambil berlari.
"aku buru-buru". Jawabnya.
"emang aneh itu anak". Pikirku.
Sesampainya di kelas, aku akan duduk dikursiku seperti biasanya, tapi aku melihat selembar kertas, lagi.
Aku bertanya pada orang-orang dikelas, siapa yang menaruh kertas itu. Tapi mereka menjawab tidak tahu.
Aku pun membacanya.
"hai, semoga kamu gak kesel sama marah-marah lagi ya, kita tadi bertemu dikantin bukan? Aku harap kamu tahu siapa aku sebenarnya. Tapi kalau tak tahu tak apa. Memang butuh waktu. Nanti siang kita akan bertemu lagi di perpustakaan, sampai jumpa. Your secret admirer".
Aku hanya tersenyum saja membaca surat itu. Tak sabar rasanya ingin kesana.
1 mata kuliah telah terlewati. Tersisa 1 mata kuliah lagi. Itu pun nanti siang jam 2. Aku pun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Disaat aku memilih buku untuk aku baca, aku menyenggol seseorang.
"karin? Baca juga?". Tanyanya.
Ternyata itu Bimo.
"iya nih, tumben kamu kesini?". Jawabku.
"aku sering kesini, cuma bukunya suka aku bawa pulang". Jawabnya
"oh gitu ya". Jawabku sambil tersenyum.
"aku duluan ya rin". Katanya sambil tersenyum.
Aku pun tersenyum sambil menganggukkan kepala. Aku pun bertemu Yana. Dia selalu tahu dimana aku berada walau aku tak memberi tahunya.
"hay Rin? Novel baru ya?". Tanyanya.
"iya nih, eh aku heran deh. Tiap aku gak bareng kamu, kamu selalu tahu kalo aku ada dimana?". Tanyaku heran.
"kita 8 tahun udah sama sama, aku tahu kebiasaan kamu dari kecil. Hobby kamu kan baca? Lagian aku nyari kamu pake heart detector". Jawabnya bercanda.
"lah gayamu Yan". Jawabku tersenyum.
"aku duluan ya, aku sakit perut. Terus aku langsung ke kelas". Katanya.
"iyaudah, lagian bentar lagi aku ke kelas ko". Jawabku.
Setelah selesai, aku kembali ke kelas. Dan seperti biasa aku mendapat surat lagi.
"hai. kamu memang cantik kalo lagi tersenyum. Aku harap aku bisa melihatmu seperti itu terus. Bukan memasang wajah kesal. Disaat pulang kita akan bertemu kembali di parkiran. Sampai jumpa. Your secret admirer".
Aku hanya tersenyum, yakin bahwa ini adalah Bimo.
Dan akhirnya. Waktu pulangpun tiba.
Aku menuju parkiran. Disana Yana sudah menungguku, dan disana aku pun melihat Bimo, dan dia menghampiriku.
"hey rin, mau pulang bareng gak?". Tanya Bimo.
"em boleh, tapi aku bilang Yana dulu ya?". Jawabku.
Aku menghampiri Yana.
"Yan aku pulang bareng Bimo ya?". Kataku.
"iyaudah, awas hati hati dijalan ya". Jawabnya tersenyum.
Aku pun pulang dengan Bimo.
Semakin hari aku semakin dekat dengan Bimo, aku senang sekali. Tapi disatu sisi, aku merasa kehilangan. Sosok sahabatku, Yana.
Sms ku jarang di balas. Telepon jarang diangkat. Dikampus jarang ketemu. Datang kerumahnya, dia tak pernah ada dirumah.
Sudah satu minggu aku dekat dengan Bimo. Dia mengajakku ke acara seni di kampus. Aku pun mengiyakan ajakan nya.
Sore itu Sesampainya dikampus, aku melihat Yana akan tampil dengan bandnya. Aku senang melihatnya lagi.
Dia menyanyikan lagu sewindu dari tulus. Suaranya merdu, tapi setelah aku dengar baik baik. Lagu itu seperti ditujukan untukku. Aku memang merasa kehilangan Yana. Dia tidak menungguku lagi di depan pintu setiap pagi, dia tidak pernah merayuku lagi. Aku mengingat semua surat rahasia yang kudapat. Ternyata, setelah aku sadar. Itu bukan Bimo, tapi Yana.
"Bim, anterin aku pulang sekarang ya?". Pintaku.
"kamu kenapa? Kamu sakit?". Tanyanya khawatir.
Aku hanya terdiam, tak menjawab pertanyaannya.
Setelah diantar, aku hanya diam dikamar. Aku merasa kehilangan Yana. Pada malam harinya aku mencoba menelpon nya. Dan akhirnya diangkat juga.
"hai Yan?". Tanyaku.
"hai juga, Rin?". Jawabnya.
"suara kamu bagus tadi sore." pujiku.
"makasih rin". Jawabnya.
Entah kenapa aku canggung berbicara dengannya.
"Yan". Kataku singkat.
Hanya suara hembusan nafas yang kudengar.
"aku tahu Yan siapa yang mengirim surat itu". Kataku
"Bimo kan?". Jawabnya sedikit tertawa.
Aku hanya diam.
"sebenarnya apa perasaan padaku Yan?". Tanyaku.
"apa maksudmu rin?"jawabnya.
"dari dulu kamu suka kan sama aku?". Tanyaku lagi.
"dulunya mungkin iya". Jawabnya pelan
"sekarang?". Tanyaku dengan pasti.
"aku udah gak suka lagi. Kita cukup jadi sahabat". Jawabnya.
"oh gitu ya Yan. Oke tak apa. Maaf ganggu ya Yan?". Kataku.
Tapi telepon ku langsung ditutup. Aku telah kehilangan seseorang yang mencintaiku, bahkan mungkin aku juga mencintainya.
Tak berapa lama, ada yang mengetuk pintu rumahku. Aku pun membukanya. Setelah dibuka, ternyata itu Yana.
"Yana?". Kataku.
"Karin, aku sayang sama kamu. Aku gak bisa membohongi perasaanku Rin". Ucap Yana.
Aku hanya tersenyum. Menahan isak tangis bahagia.
"kamu memang cantik kalo tersenyum". Katanya sambil sedikit tertawa namun menangis.
"ah kamu gombal". Jawabku tertawa sambil menangis.
Akhirnya aku dan Yana menjadi sepasang kekasih.
Sebenarnya orang yang menyayangimu berada disekitarmu, bahkan didekatmu.
Hanya saja kamu tidak menyadarinya. Kamu akan menyadarinya setelah kamu merasa kehilangan.
Tamat.